Pura Besakih, Tempat Umat Memohon Keselamatan

31/07/2013 13:08

Sejumlah Pura Kahyangan jagat berada di wilayah Kabupaten Karangasem. Salah satunya yang sudah tak asing lagi bagi umat Hindu di Bali adalah Pura Besakih. Pura Besakih sebagai purwa rajya (sentral), hendaknya semua pihak menjaga kesuciannya. Jika kesucian pura di kaki barat Gunung Agung itu terjaga maka akan tetap memancarkan vibrasi kesucian kepada Bali dan umatnya. Bagaimana sejarah Pura Besakih? Pura-pura apa saja yang ada di areal pura terbesar di Bali itu?

Pengamat agama Drs. IBG Agastia pernah mengatakan terkait masa lalu keberadaan Pura Besakih banyak terdapat legenda, serta mitologi lisan maupun tertulis. Sastra sejarah seperti babad, usana dan purana cukup banyak, baik menjadi koleksi pribadi terkait keluarga tertentu yang memiliki pedharman, sementara yang menyangkut Besakih secara keseluruhan adalah Raja Purana Besakih. Agastia dalam sebuah tulisannya mengatakan, Rsi Markandeya disebut-sebut sebagai orang suci pertama kali menanam panca datu sebagai dasar Pura Besakih. Pura ini memiliki perjalanan panjang, pada perkembangannya kini menjadi pusat bagi masyarakat Bali.

Cerita pengabdian penuh bakti Sang Kulputih, seorang tukang sapuh di Besakih, bisa kita baca dalam lontar Sangkulpinge. Namun, kata Agastia, yang lebih memiliki nilai sejarah adalah usaha-usaha Mpu Kuturan yang kemudian dikenal sebagai pendiri Pura Sad kahyangan di Bali. Berikutnya, Mpu Bharadah yang merupakan saudara kandung Mpu Kuturan -- pandita Kerajaan Airlangga -- melanjutkan kembali penataan Pura Besakih. ''Sebuah prasasti yang dinamai Mpu Bharadah yang disimpan di Pura Batu Madeg Besakih, memuat tahun Saka 929 (1007 M), rupanya merupakan masa kedatangan Mpu Bharadah di Besakih,'' tulis Agastia yang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Bali ini.

Berikutnya kehadiran Dang Hyang Nirartha (Dang Hyang Dwijendra) sebagai pandita Kerajaan Gelgel zaman Raja Dalem Waturenggong -- sangat besar peranannya dalam menata kembali kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Termasuk kemudian menata kembali Pura Besakih dan tata upacaranya. Dang Hyang Dwijendra pernah menyarankan Raja Waturenggong untuk menggelar upacara Eka Dasa Rudra di Besakih, sekalian dengan runtutan upacaranya sebagaimana kini kita warisi.

Agastia mengatakan, bila mengikuti langsung pelaksanaan upacara besar di Besakih seperti Eka Dasa Rudra (tiap 100 tahun) atau tawur sepuluh tahunan Panca Walikrama, barulah kita bisa mengetahui secara simbolis Besakih adalah madyaning bhuwana (sentralnya dunia). Merupakan tempat pemujaan Tuhan Yang Mahaesa dengan manifestasinya (kekuatannya) yang menguasai semua penjuru dunia, yakni Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, Wisnu, Sambhu. Ini sesuai dengan konsep pengider-ider bhuwana. ''Dari sini pula umat Hindu memohon kerahayuan bhuwana, keselamatan seluruh jagat,'' tandas Agastia.

Sementara itu, menurut IBM Dharma Palguna, Pura Besakih adalah gugusan 86 buah pura. Kompleks Pura Besakih terdiri atas 18 buah pura umum, 4 pura Catur Lawa, 11 pura pedharman, 6 pura non-pedharman, 29 pura dadia, 7 pura berkaitan dengan pura dadia dan 11 pura lainnya.

Back

Search site

© 2013 All rights reserved.